LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI BUDIDAYA JAMUR
PEMBUATAN MEDIA DAN
BIAKAN INDUK
ELVIRA MICHELIA ALBA
2031211005
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kegiatan
budidaya jamur tiram, pembuatan bibit merupakan salah
satu kegiatan sub budidaya yang menduduki posisi penting
(Rachmat
2000). Bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk
tanaman lainnya, karena dari bibit yang unggul akan
menghasilkan tubuh buah yang
berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap
lingkungan yang lebih luas (Cahyana
1999).
Untuk
menghasilkan bibit yang berkualitas maka diperlukan media yang
optimal artinya dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan
jamur untuk pertumbuhan
dan perkembangannya disamping kondisi lingkungan yang
optimal (Genders 1986).
Pada
pembuatan bibit induk, media yang banyak digunakan sebagai
substrat adalah media biji-bijian dan media tatal atau
serbuk gergaji kayu (Cahyana
1999). Biji-bijian
banyak digunakan sebagai bahan baku untuk media bibit karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan
dalam pertumbuhan miselium
(Djarijah 2001). Biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber
karbon bagi pertumbuhan
jamur.
Adapun komposisi kimia dari biji
jagung yang dapat yang dapat memacu pertumbuhan jamur yaitu, air 13,5 %, protein 10 %, lemak 4%, zat tepung 6
%, gula 1,4 %, pentosa 6 %, serat kasar 2,04 %, abu 1,4 % dan zat-zat lain 0,4 % (Suprapto, 1988 dalam Christinawati,
2003: 3) Sedangkan mineral
yang terdapat dalam biji jagung yaitu, K2O 0,37 %,
Na2O 0,01 %, CaO 0,03 %, MgO 0,19 %, P2O5 0,57 %, SO3 0,01 %, Cl 0,02 % (Djarijah 2001).
Dari uraian diatas dilakukan
praktikum yang berjudul pembuatan media dan biakan induk, dimana praktikan
dapat mempelajari dan mengetahui cara pembuatan media dan biakan induk dari
jamur tiram.
Tujuan
Tujuan dari praktikum
ini adalah mengetahui bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai media biakan
induk, mengetahui tata cara pembuatan media biakan induk, mengetahui tata cara
perbanyakan biakan induk dan mengetahui tata cara inokulasi dan inkubasi biakan
induk.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16 sepetember 2014, dilaboratorium
Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universiras Bangka
Belitung.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah autoklaf, botol media, bunsen, kompor, panic presto,
pinset dan timbangan. Sedangkan bahan yang dignakan pada praktikum ini adalah
alkohol 70%, jagung, kapas, karet gelang dan kertas koran.
Cara Kerja
Ø Pembuatan
Media Biakan Induk
500 gr biji jagung dicuci dan direndam selama 24
jam, biji yang mengapung lalu dibuang. Kemudian biji jagung direbus sampai
mekar, selanjutnya ditiriskan dan dicampur dengan dedak sebanyak 2,5 gr dan
kapur sebanyak 50 gr secara merata, media diusahakan basah tetapi tidak
meneteskan air, media yang terlalu kering dapat ditambahkan dengan air. Bahan
yang telah dicampur dimasukkan kedalam botol, kemudian disterilisasi dengan
autoklaf selama 30 menit pada suhu 121⁰C dengan tekanan 1 atm.
Ø Pembuatan
Biakan Induk
Setelah media biji jagung dingin, bibit induk
diinokulasi dengan mengambil kira-kira 1x1 cm media PDAS yang telah ditumbuhi
miselium dan diletakkan dipermukaan media biji jagung. Media biji jagung yang
telah diinokulasi kemudian diinkubasi pada suhu ruang tanpa cahaya. Media biji
jagung akan ditumbuhi oleh miselium secara merata, bila ada bagian yang tidak
ditumbuhi miselium berarti bibit induk tersebut mengalami kontaminasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dari ke 16 inokulum yang diinokulasi, 15
inokulum berhasil ditumbuhkan sedangkan 1 inokulum mengalami kontaminasi. Waktu
pertumbuhan hifa dari setelah diinkubasi adalah 2 minggu. Setelah 2 minggu
terlihat hifa telah tumbuh merata diseluruh bagian dalam botol yang berisikan
media dedak, biji jagung dan kapur tohor. Dedak berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Kapur
tohor berguna dalam pengaturan pH substrat tanaman agar media tetap dalam
keadaan netral atau basa sedangkan biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang
merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur (Djarijah 2001).
Bibit jamur adalah
kumpulan hifa atau miselium yang ditumbuhkan pada suatu substat (media) yang
digunakan sebagai sumber perbanyakan. Secara umum produksi bibit jamur menjadi
4 tahap pembiakan. Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan
ketelitian tinggi karena harus dilakukan dalam kondisi steril dengan
menggunakan bahan dan peralatan khusus (Genders
1986).
Pertumbuhan miselim
jamur akan tumbuh lebih cepat daripada
ditempat terang dengan cahaya matahari berlipmpah. Pertumbuhan miselium akan tumbuh
dengan baik dengan cahaya 500-1000 lux. Begtu juga pada masa pertumbuhan
miselum pertumbuhan primordial dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Pada budidaya
jamur tiram suhu udara memegang peranan penting untuk medapatkan pertumbuhan
badan buah yang optimal. Pada umumya suhu yang optimal untuk pertubuhan jmur
tiram dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase inkubasi yang emerlukan suhu uara
berkisar antara 24-29 derajat celcius dengan kelembapan 90-100 % dan fase
pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara atara 21-30 derajat celius. Lama
waktu pertumbuhan miselium pada substrat tanaman berkisar 10-14 hari (Wahyu
2013).
Adapun
perbedaan miselium jamur tiram dengan miselim jamur lain untuk mengetahui
apakah biakan tersebut terkontaminasi adalah (Barokah 2013) :
1.
Miselium jamur tiram berwarna putih berkembang seperti
akar tumbuhan dan terlihat jelas guratan guratan seperti akar walaupun
Miseliumnya tipis tetapi jika diamati dengan seksama hal tersebut diatas akan
terlihat jelas.
2.
Miselium Jamur lain Juga berwarna putih bersih tetapi
guratan guratan seperti akar tumbuhan tidak tampak dan seperti benang putih
sangat halus, putih seperi kapuk menumbuhi media tidak hanya dari bagian atas media
yang ditanami bibit jamur terkadang tumbuh dari samping atau bawah media.
Pembibitan
merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus
dilakukan dalam kondisi steril dengan menggunakan bahan dan peralatan khusus.
Awal budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan
memiliki sifat-sifat genetic yang baik dalam hal kualitas maupun kuantitas
(Nurul 2013).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kontaminasi pada biakan induk jamur tiram adalah kurangnya ketelitian praktikan selama masa
inokulasi dan kurang sterilnya alat-alat yang digunakan. Memperhatikan tahapan sterilisasi dengan
penuh ketelitian hingga ketahap inokulasi yang dilakukan di Laminar Air flow
merupakan kunci keberhasilan keberhasilan dalam melakukan pembibitan agar
tehindar dari kontaminasi.
Berdasarkan
pernyataan (Genders 1986) awal dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang
bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat – sifat genetik yang baik, yakni
dalam hal kuantitas maupun kualitas. Untuk menghasilkan mutu jamur yang baik
tentu sangat tergantung dari mutu bibitnya, bibit jamur tiram yang baik salah
satunya ditandai dengan miselium yang merata diseluruh media tumbuh.
biakan murni yang
digunakan harus memiliki kriteria antara lain (Genders
1986) : jamur cukup dewasa,
sehat dan bebas dari hama penyakit, jamur berumur sekitar 4 hari sebelum
berkembang menjadi badan buah, bebas dari kelainan fisik, bentuknya besar,
berdaging tebal dan kokoh.
Proses awal
pembuatan jamur tiram terlebih dahulu adalah membuat media sebagi tempat tumbuh
jamur tiram. Media tanam jamur tiram antara lain untuk F1 potatoes dextrose
agar (PDA) dengan memanfaatkan ekstrakt kentang dan untuk F2, F3 dan F4
menggunakan serbuk kayu, jerami dll (Gunawan 2001).
Menurut (Gunawan
2001) Media dengan bahan
campuran serbuk kayu dan biji – bijian dianggap lebih baik karena kandungan
unsur –unsur yang dibutuhkan jamur lebih lengkap dibandingkan dengan yang
berbahan serbuk kayu saja. Biji - bijian biasanya sebagai campuran media jamur
dalam bentuk tepung, misalkan tepung jagung sorgum dan beras.
Teknik pembuatan
biakan murni (Gunawan 2001) :
Proses yang pertama
adalah pengambilan spora langsung dari indukan jamur/jamur dewasa (isolasi).
Suatu Jamur Tiram Putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang
jumlahnya banyak. Di dalam bilah-bilah tersebut terdapat bagian yang disebut
Basidia. Di ujung Basidia terdapat kantung yang berisi banyak spora atau
disebut juga Basidiospore.Pembuatan biakan murni (F1) adalah miselium jamur
yang ditumbuhkan dari jaringan badan buah atau spora yang berasal dari jamur
induk. Biakan murni merupakan langkah atau tahap awal dalam teknik pembubutan
bibit. Tahap ini membutuhkan ketrampilan dan ketelitian yang tinggi untuk
mengisolasi serta inokulasi jamur yang akan dikulturkan. Selain itu, teknik
aseptik sangat diperlukan pada tahap ini sebab kemungkinan kontaminasi dari
jamur lain yang sangat besar.
Media tumbuh dalam
pembiakan F2 harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselium jamur. Media
tumbuh harus mengandung unsur C (karbon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah
yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk ammonium atau
nitrat atau N organik, N atmosfer. Unsur-unsur ini akan diubah oleh jamur
menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang
berfungsi untuk menetralkan oxalat yang dikeluarkan oleh miselium.
pH antara 5,5-6,5,
kelembapan 68%, CO2 kurang dari 1%, suhu sekitar 23-25ºC dan memiliki partikel
yang agak kasar supaya tidak mudah memadat sehingga tidak menghambat ruang
pertumbuhan miselium. Campuran bahan media tumbuh berupa biji jagung, bekatul
dan dolomit harus memenuhi syarat yang dibutuhkan jamur serta didukung oleh
kondisi lingkungan yang memadai.
Biji jagung yang
telah siap digunakan sebagai media, dicampur dengan bekatul dan dolomit sesuai
dengan perbandingan yang telah ditentukan. Media yang telah dicampur rata
diisikan kedalam botol bekas saus (220ml) sambil dihentakkan pada lantai
(dipadatkan). Hal ini bertujuan agar media dalam botol menjadi padat. Setelah
botol penuh, media kembali dipadatkan dengan menggunakan pinset, Botol yang
telah penuh berisi media ditutup dengan kapas dan plastik untuk menghindari
masuknya uap air pada saat sterilisasi. Penyusunan botol dalam alat sterilisasi
adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses sterilisasi.
Proses sterilisasi bibit induk (F2) dan bibit produksi (F3) ini dilakukan pada
suhu ±121º C dan dengan tekanan 1,5 Atm selama 3 jam. Bibit yang telah
disterilkan didinginkan dalam autoklaf selama12 jam kemudian baru diinokulasi.
Kegiatan inokulasi
biakan tahap F2 ditanam di media biakan dalam keadaan steril (aseptik).
Inokulasi pembiakan tahap kedua (F2) dilakukan didalam LAFC. Alat dan bahan
yang digunakan untuk melakukan inokulasi antara lain pinset, alkohol 70% dan
busen. Berikut ini langkah-langkahnya :
a) Mensterilkan
ruang atau kontak inokulasi dengan alkohol 70%.
b) Mensterilkan
pinset dengan cara mencelupkan ke dalam larutan alkohol 70% atau membakarnya ±
5 detik diatas busen sampai membara kemudian didinginkan.
c) Mengambil
miselium jamur dari Media yang telah ditumbuhi miselium (F1) dengan pinset,
kemudian menginokulasikan pada lubang dalam media bibit F2. ini dilakukan di
dekat nyala api busen agar tetap steril dan menghindarkan dari kontaminasi.
Media biakan F2
yang sudah diinokulasi dengan miselium jamur F1 kemudian diinkubasikan dalam
kotak atau lemari pada suhu 25-27oC dan dalam keadaan gelap selama
25-30 hari sampai media dipenuhi miselium jamur yang berwarna putih. Jika
miselium yang tumbuh tidak berwarna putih berarti terjadi kegagalan. Apabila
itu terjadi, media harus dibuang dan kegiatan inkubasi diulang.
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan
bahwa media dari biji-bijian seperti biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang
merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur, Dedak berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Kapur
tohor berguna dalam pengaturan pH substrat tanaman agar media tetap dalam
keadaan netral atau basa. Pada proses pembuatan biakan induk harus dilakukan
dengan cara aseptis agar menghindari kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barokah.2013.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan miselium. http://barokahjamursuper.blogspot.com
[13 Oktober 2014].
Cahyana Y.A Muchrodji dan M. Bakrun. 1999. Jamur Tiram.Jakarta.Penebar Swadaya.
Djarijah
Nunung M dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya
jamur tiram. Yogyakarta.Kanisius.
Genders. 1986. Becocok
Tanam Jamur.Bandung.Pioner Jaya.
Gunawan AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swada
Nurul S.2014. laporan budidaya pembibitan jamur
tiram.http:// nurulsyafi.blogspot.com [13
Oktober 2014].
Wahyu.2013.media jamur tiram.http:// mediabaglogjamurtiram.blogspot.com [13 Oktober 2014].