Sabtu, 25 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BUDIDAYA JAMUR
PEMBUATAN MEDIA DAN BIAKAN INDUK

         







ELVIRA MICHELIA ALBA
2031211005







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2014






PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Dalam kegiatan budidaya jamur tiram, pembuatan bibit merupakan salah satu kegiatan sub budidaya yang menduduki posisi penting (Rachmat 2000). Bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk tanaman lainnya, karena dari bibit yang unggul akan menghasilkan tubuh buah yang berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas (Cahyana 1999).

            Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas maka diperlukan media yang optimal artinya dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan jamur untuk pertumbuhan dan perkembangannya disamping kondisi lingkungan yang optimal (Genders 1986).

            Pada pembuatan bibit induk, media yang banyak digunakan sebagai substrat adalah media biji-bijian dan media tatal atau serbuk gergaji kayu (Cahyana 1999). Biji-bijian banyak digunakan sebagai bahan baku untuk media bibit karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan dalam pertumbuhan miselium (Djarijah 2001). Biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur.

            Adapun komposisi kimia dari biji jagung yang dapat yang dapat memacu pertumbuhan jamur yaitu, air 13,5 %, protein 10 %, lemak 4%, zat tepung 6 %, gula 1,4 %, pentosa 6 %, serat kasar 2,04 %, abu 1,4 % dan zat-zat lain 0,4 % (Suprapto, 1988 dalam Christinawati, 2003: 3) Sedangkan mineral yang terdapat dalam biji jagung yaitu, K2O 0,37 %, Na2O 0,01 %, CaO 0,03 %, MgO 0,19 %, P2O5 0,57 %, SO3 0,01 %, Cl 0,02 % (Djarijah 2001).

            Dari uraian diatas dilakukan praktikum yang berjudul pembuatan media dan biakan induk, dimana praktikan dapat mempelajari dan mengetahui cara pembuatan media dan biakan induk dari jamur tiram.
Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai media biakan induk, mengetahui tata cara pembuatan media biakan induk, mengetahui tata cara perbanyakan biakan induk dan mengetahui tata cara inokulasi dan inkubasi biakan induk.






















BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16 sepetember 2014, dilaboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universiras Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah autoklaf, botol media, bunsen, kompor, panic presto, pinset dan timbangan. Sedangkan bahan yang dignakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%, jagung, kapas, karet gelang dan kertas koran.
Cara Kerja
Ø  Pembuatan Media Biakan Induk
500 gr biji jagung dicuci dan direndam selama 24 jam, biji yang mengapung lalu dibuang. Kemudian biji jagung direbus sampai mekar, selanjutnya ditiriskan dan dicampur dengan dedak sebanyak 2,5 gr dan kapur sebanyak 50 gr secara merata, media diusahakan basah tetapi tidak meneteskan air, media yang terlalu kering dapat ditambahkan dengan air. Bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam botol, kemudian disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121C dengan tekanan 1 atm.
Ø  Pembuatan Biakan Induk
Setelah media biji jagung dingin, bibit induk diinokulasi dengan mengambil kira-kira 1x1 cm media PDAS yang telah ditumbuhi miselium dan diletakkan dipermukaan media biji jagung. Media biji jagung yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi pada suhu ruang tanpa cahaya. Media biji jagung akan ditumbuhi oleh miselium secara merata, bila ada bagian yang tidak ditumbuhi miselium berarti bibit induk tersebut mengalami kontaminasi.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dari ke 16 inokulum yang diinokulasi, 15 inokulum berhasil ditumbuhkan sedangkan 1 inokulum mengalami kontaminasi. Waktu pertumbuhan hifa dari setelah diinkubasi adalah 2 minggu. Setelah 2 minggu terlihat hifa telah tumbuh merata diseluruh bagian dalam botol yang berisikan media dedak, biji jagung dan kapur tohor. Dedak berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Kapur tohor berguna dalam pengaturan pH substrat tanaman agar media tetap dalam keadaan netral atau basa sedangkan biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur (Djarijah 2001).
Bibit jamur adalah kumpulan hifa atau miselium yang ditumbuhkan pada suatu substat (media) yang digunakan sebagai sumber perbanyakan. Secara umum produksi bibit jamur menjadi 4 tahap pembiakan. Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus dilakukan dalam kondisi steril dengan menggunakan bahan dan peralatan khusus (Genders 1986).
Pertumbuhan miselim jamur akan tumbuh lebih cepat daripada ditempat terang dengan cahaya matahari berlipmpah. Pertumbuhan miselium akan tumbuh dengan baik dengan cahaya 500-1000 lux. Begtu juga pada masa pertumbuhan miselum pertumbuhan primordial dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan penting untuk medapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumya suhu yang optimal untuk pertubuhan jmur tiram dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase inkubasi yang emerlukan suhu uara berkisar antara 24-29 derajat celcius dengan kelembapan 90-100 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara atara 21-30 derajat celius. Lama waktu pertumbuhan miselium pada substrat tanaman berkisar 10-14 hari (Wahyu 2013).
Adapun perbedaan miselium jamur tiram dengan miselim jamur lain untuk mengetahui apakah biakan tersebut terkontaminasi adalah (Barokah 2013) :
1.      Miselium jamur tiram berwarna putih berkembang seperti akar tumbuhan dan terlihat jelas guratan guratan seperti akar walaupun Miseliumnya tipis tetapi jika diamati dengan seksama hal tersebut diatas akan terlihat jelas.
2.      Miselium Jamur lain Juga berwarna putih bersih tetapi guratan guratan seperti akar tumbuhan tidak tampak dan seperti benang putih sangat halus, putih seperi kapuk menumbuhi media tidak hanya dari bagian atas media yang ditanami bibit jamur terkadang tumbuh dari samping atau bawah media.
Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus dilakukan dalam kondisi steril dengan menggunakan bahan dan peralatan khusus. Awal budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat-sifat genetic yang baik dalam hal kualitas maupun kuantitas (Nurul 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontaminasi pada biakan induk jamur tiram adalah  kurangnya ketelitian praktikan selama masa inokulasi dan kurang sterilnya alat-alat yang digunakan. Memperhatikan tahapan sterilisasi dengan penuh ketelitian hingga ketahap inokulasi yang dilakukan di Laminar Air flow merupakan kunci keberhasilan keberhasilan dalam melakukan pembibitan agar tehindar dari kontaminasi.
Berdasarkan pernyataan (Genders 1986) awal dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat – sifat genetik yang baik, yakni dalam hal kuantitas maupun kualitas. Untuk menghasilkan mutu jamur yang baik tentu sangat tergantung dari mutu bibitnya, bibit jamur tiram yang baik salah satunya ditandai dengan miselium yang merata diseluruh media tumbuh.
biakan murni yang digunakan harus memiliki kriteria antara lain (Genders 1986) : jamur cukup dewasa, sehat dan bebas dari hama penyakit, jamur berumur sekitar 4 hari sebelum berkembang menjadi badan buah, bebas dari kelainan fisik, bentuknya besar, berdaging tebal dan kokoh.
Proses awal pembuatan jamur tiram terlebih dahulu adalah membuat media sebagi tempat tumbuh jamur tiram. Media tanam jamur tiram antara lain untuk F1 potatoes dextrose agar (PDA) dengan memanfaatkan ekstrakt kentang dan untuk F2, F3 dan F4 menggunakan serbuk kayu, jerami dll (Gunawan 2001).
Menurut (Gunawan 2001) Media dengan bahan campuran serbuk kayu dan biji – bijian dianggap lebih baik karena kandungan unsur –unsur yang dibutuhkan jamur lebih lengkap dibandingkan dengan yang berbahan serbuk kayu saja. Biji - bijian biasanya sebagai campuran media jamur dalam bentuk tepung, misalkan tepung jagung sorgum dan beras.
Teknik pembuatan biakan murni (Gunawan 2001) :
Proses yang pertama adalah pengambilan spora langsung dari indukan jamur/jamur dewasa (isolasi). Suatu Jamur Tiram Putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang jumlahnya banyak. Di dalam bilah-bilah tersebut terdapat bagian yang disebut Basidia. Di ujung Basidia terdapat kantung yang berisi banyak spora atau disebut juga Basidiospore.Pembuatan biakan murni (F1) adalah miselium jamur yang ditumbuhkan dari jaringan badan buah atau spora yang berasal dari jamur induk. Biakan murni merupakan langkah atau tahap awal dalam teknik pembubutan bibit. Tahap ini membutuhkan ketrampilan dan ketelitian yang tinggi untuk mengisolasi serta inokulasi jamur yang akan dikulturkan. Selain itu, teknik aseptik sangat diperlukan pada tahap ini sebab kemungkinan kontaminasi dari jamur lain yang sangat besar.
Media tumbuh dalam pembiakan F2 harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselium jamur. Media tumbuh harus mengandung unsur C (karbon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk ammonium atau nitrat atau N organik, N atmosfer. Unsur-unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfungsi untuk menetralkan oxalat yang dikeluarkan oleh miselium.
pH antara 5,5-6,5, kelembapan 68%, CO2 kurang dari 1%, suhu sekitar 23-25ºC dan memiliki partikel yang agak kasar supaya tidak mudah memadat sehingga tidak menghambat ruang pertumbuhan miselium. Campuran bahan media tumbuh berupa biji jagung, bekatul dan dolomit harus memenuhi syarat yang dibutuhkan jamur serta didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai.
Biji jagung yang telah siap digunakan sebagai media, dicampur dengan bekatul dan dolomit sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan. Media yang telah dicampur rata diisikan kedalam botol bekas saus (220ml) sambil dihentakkan pada lantai (dipadatkan). Hal ini bertujuan agar media dalam botol menjadi padat. Setelah botol penuh, media kembali dipadatkan dengan menggunakan pinset, Botol yang telah penuh berisi media ditutup dengan kapas dan plastik untuk menghindari masuknya uap air pada saat sterilisasi. Penyusunan botol dalam alat sterilisasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses sterilisasi. Proses sterilisasi bibit induk (F2) dan bibit produksi (F3) ini dilakukan pada suhu ±121º C dan dengan tekanan 1,5 Atm selama 3 jam. Bibit yang telah disterilkan didinginkan dalam autoklaf selama12 jam kemudian baru diinokulasi.
Kegiatan inokulasi biakan tahap F2 ditanam di media biakan dalam keadaan steril (aseptik). Inokulasi pembiakan tahap kedua (F2) dilakukan didalam LAFC. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan inokulasi antara lain pinset, alkohol 70% dan busen. Berikut ini langkah-langkahnya :
a) Mensterilkan ruang atau kontak inokulasi dengan alkohol 70%.
b) Mensterilkan pinset dengan cara mencelupkan ke dalam larutan alkohol 70% atau membakarnya ± 5 detik diatas busen sampai membara kemudian didinginkan.
c) Mengambil miselium jamur dari Media yang telah ditumbuhi miselium (F1) dengan pinset, kemudian menginokulasikan pada lubang dalam media bibit F2. ini dilakukan di dekat nyala api busen agar tetap steril dan menghindarkan dari kontaminasi.
Media biakan F2 yang sudah diinokulasi dengan miselium jamur F1 kemudian diinkubasikan dalam kotak atau lemari pada suhu 25-27oC dan dalam keadaan gelap selama 25-30 hari sampai media dipenuhi miselium jamur yang berwarna putih. Jika miselium yang tumbuh tidak berwarna putih berarti terjadi kegagalan. Apabila itu terjadi, media harus dibuang dan kegiatan inkubasi diulang.



















KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa media dari biji-bijian seperti biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur, Dedak berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Kapur tohor berguna dalam pengaturan pH substrat tanaman agar media tetap dalam keadaan netral atau basa. Pada proses pembuatan biakan induk harus dilakukan dengan cara aseptis agar menghindari kontaminasi.
















DAFTAR PUSTAKA

Barokah.2013.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan miselium. http://barokahjamursuper.blogspot.com [13 Oktober 2014].
Cahyana Y.A Muchrodji dan M. Bakrun. 1999. Jamur Tiram.Jakarta.Penebar Swadaya.
Djarijah Nunung M dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya jamur tiram. Yogyakarta.Kanisius.

Genders. 1986. Becocok Tanam Jamur.Bandung.Pioner Jaya.
Gunawan AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swada
Nurul S.2014. laporan budidaya pembibitan jamur tiram.http:// nurulsyafi.blogspot.com [13 Oktober 2014].
Wahyu.2013.media jamur tiram.http:// mediabaglogjamurtiram.blogspot.com [13 Oktober 2014].