Sabtu, 25 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BUDIDAYA JAMUR
PEMBUATAN MEDIA DAN BIAKAN INDUK

         







ELVIRA MICHELIA ALBA
2031211005







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2014






PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Dalam kegiatan budidaya jamur tiram, pembuatan bibit merupakan salah satu kegiatan sub budidaya yang menduduki posisi penting (Rachmat 2000). Bibit jamur merupakan faktor yang menentukan seperti halnya bibit untuk tanaman lainnya, karena dari bibit yang unggul akan menghasilkan tubuh buah yang berkualitas tinggi dan memungkinkan dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas (Cahyana 1999).

            Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas maka diperlukan media yang optimal artinya dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan jamur untuk pertumbuhan dan perkembangannya disamping kondisi lingkungan yang optimal (Genders 1986).

            Pada pembuatan bibit induk, media yang banyak digunakan sebagai substrat adalah media biji-bijian dan media tatal atau serbuk gergaji kayu (Cahyana 1999). Biji-bijian banyak digunakan sebagai bahan baku untuk media bibit karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan dalam pertumbuhan miselium (Djarijah 2001). Biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur.

            Adapun komposisi kimia dari biji jagung yang dapat yang dapat memacu pertumbuhan jamur yaitu, air 13,5 %, protein 10 %, lemak 4%, zat tepung 6 %, gula 1,4 %, pentosa 6 %, serat kasar 2,04 %, abu 1,4 % dan zat-zat lain 0,4 % (Suprapto, 1988 dalam Christinawati, 2003: 3) Sedangkan mineral yang terdapat dalam biji jagung yaitu, K2O 0,37 %, Na2O 0,01 %, CaO 0,03 %, MgO 0,19 %, P2O5 0,57 %, SO3 0,01 %, Cl 0,02 % (Djarijah 2001).

            Dari uraian diatas dilakukan praktikum yang berjudul pembuatan media dan biakan induk, dimana praktikan dapat mempelajari dan mengetahui cara pembuatan media dan biakan induk dari jamur tiram.
Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai media biakan induk, mengetahui tata cara pembuatan media biakan induk, mengetahui tata cara perbanyakan biakan induk dan mengetahui tata cara inokulasi dan inkubasi biakan induk.






















BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16 sepetember 2014, dilaboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universiras Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah autoklaf, botol media, bunsen, kompor, panic presto, pinset dan timbangan. Sedangkan bahan yang dignakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%, jagung, kapas, karet gelang dan kertas koran.
Cara Kerja
Ø  Pembuatan Media Biakan Induk
500 gr biji jagung dicuci dan direndam selama 24 jam, biji yang mengapung lalu dibuang. Kemudian biji jagung direbus sampai mekar, selanjutnya ditiriskan dan dicampur dengan dedak sebanyak 2,5 gr dan kapur sebanyak 50 gr secara merata, media diusahakan basah tetapi tidak meneteskan air, media yang terlalu kering dapat ditambahkan dengan air. Bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam botol, kemudian disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121C dengan tekanan 1 atm.
Ø  Pembuatan Biakan Induk
Setelah media biji jagung dingin, bibit induk diinokulasi dengan mengambil kira-kira 1x1 cm media PDAS yang telah ditumbuhi miselium dan diletakkan dipermukaan media biji jagung. Media biji jagung yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi pada suhu ruang tanpa cahaya. Media biji jagung akan ditumbuhi oleh miselium secara merata, bila ada bagian yang tidak ditumbuhi miselium berarti bibit induk tersebut mengalami kontaminasi.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dari ke 16 inokulum yang diinokulasi, 15 inokulum berhasil ditumbuhkan sedangkan 1 inokulum mengalami kontaminasi. Waktu pertumbuhan hifa dari setelah diinkubasi adalah 2 minggu. Setelah 2 minggu terlihat hifa telah tumbuh merata diseluruh bagian dalam botol yang berisikan media dedak, biji jagung dan kapur tohor. Dedak berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Kapur tohor berguna dalam pengaturan pH substrat tanaman agar media tetap dalam keadaan netral atau basa sedangkan biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur (Djarijah 2001).
Bibit jamur adalah kumpulan hifa atau miselium yang ditumbuhkan pada suatu substat (media) yang digunakan sebagai sumber perbanyakan. Secara umum produksi bibit jamur menjadi 4 tahap pembiakan. Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus dilakukan dalam kondisi steril dengan menggunakan bahan dan peralatan khusus (Genders 1986).
Pertumbuhan miselim jamur akan tumbuh lebih cepat daripada ditempat terang dengan cahaya matahari berlipmpah. Pertumbuhan miselium akan tumbuh dengan baik dengan cahaya 500-1000 lux. Begtu juga pada masa pertumbuhan miselum pertumbuhan primordial dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan penting untuk medapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumya suhu yang optimal untuk pertubuhan jmur tiram dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase inkubasi yang emerlukan suhu uara berkisar antara 24-29 derajat celcius dengan kelembapan 90-100 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara atara 21-30 derajat celius. Lama waktu pertumbuhan miselium pada substrat tanaman berkisar 10-14 hari (Wahyu 2013).
Adapun perbedaan miselium jamur tiram dengan miselim jamur lain untuk mengetahui apakah biakan tersebut terkontaminasi adalah (Barokah 2013) :
1.      Miselium jamur tiram berwarna putih berkembang seperti akar tumbuhan dan terlihat jelas guratan guratan seperti akar walaupun Miseliumnya tipis tetapi jika diamati dengan seksama hal tersebut diatas akan terlihat jelas.
2.      Miselium Jamur lain Juga berwarna putih bersih tetapi guratan guratan seperti akar tumbuhan tidak tampak dan seperti benang putih sangat halus, putih seperi kapuk menumbuhi media tidak hanya dari bagian atas media yang ditanami bibit jamur terkadang tumbuh dari samping atau bawah media.
Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus dilakukan dalam kondisi steril dengan menggunakan bahan dan peralatan khusus. Awal budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat-sifat genetic yang baik dalam hal kualitas maupun kuantitas (Nurul 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontaminasi pada biakan induk jamur tiram adalah  kurangnya ketelitian praktikan selama masa inokulasi dan kurang sterilnya alat-alat yang digunakan. Memperhatikan tahapan sterilisasi dengan penuh ketelitian hingga ketahap inokulasi yang dilakukan di Laminar Air flow merupakan kunci keberhasilan keberhasilan dalam melakukan pembibitan agar tehindar dari kontaminasi.
Berdasarkan pernyataan (Genders 1986) awal dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat – sifat genetik yang baik, yakni dalam hal kuantitas maupun kualitas. Untuk menghasilkan mutu jamur yang baik tentu sangat tergantung dari mutu bibitnya, bibit jamur tiram yang baik salah satunya ditandai dengan miselium yang merata diseluruh media tumbuh.
biakan murni yang digunakan harus memiliki kriteria antara lain (Genders 1986) : jamur cukup dewasa, sehat dan bebas dari hama penyakit, jamur berumur sekitar 4 hari sebelum berkembang menjadi badan buah, bebas dari kelainan fisik, bentuknya besar, berdaging tebal dan kokoh.
Proses awal pembuatan jamur tiram terlebih dahulu adalah membuat media sebagi tempat tumbuh jamur tiram. Media tanam jamur tiram antara lain untuk F1 potatoes dextrose agar (PDA) dengan memanfaatkan ekstrakt kentang dan untuk F2, F3 dan F4 menggunakan serbuk kayu, jerami dll (Gunawan 2001).
Menurut (Gunawan 2001) Media dengan bahan campuran serbuk kayu dan biji – bijian dianggap lebih baik karena kandungan unsur –unsur yang dibutuhkan jamur lebih lengkap dibandingkan dengan yang berbahan serbuk kayu saja. Biji - bijian biasanya sebagai campuran media jamur dalam bentuk tepung, misalkan tepung jagung sorgum dan beras.
Teknik pembuatan biakan murni (Gunawan 2001) :
Proses yang pertama adalah pengambilan spora langsung dari indukan jamur/jamur dewasa (isolasi). Suatu Jamur Tiram Putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang jumlahnya banyak. Di dalam bilah-bilah tersebut terdapat bagian yang disebut Basidia. Di ujung Basidia terdapat kantung yang berisi banyak spora atau disebut juga Basidiospore.Pembuatan biakan murni (F1) adalah miselium jamur yang ditumbuhkan dari jaringan badan buah atau spora yang berasal dari jamur induk. Biakan murni merupakan langkah atau tahap awal dalam teknik pembubutan bibit. Tahap ini membutuhkan ketrampilan dan ketelitian yang tinggi untuk mengisolasi serta inokulasi jamur yang akan dikulturkan. Selain itu, teknik aseptik sangat diperlukan pada tahap ini sebab kemungkinan kontaminasi dari jamur lain yang sangat besar.
Media tumbuh dalam pembiakan F2 harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselium jamur. Media tumbuh harus mengandung unsur C (karbon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk ammonium atau nitrat atau N organik, N atmosfer. Unsur-unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfungsi untuk menetralkan oxalat yang dikeluarkan oleh miselium.
pH antara 5,5-6,5, kelembapan 68%, CO2 kurang dari 1%, suhu sekitar 23-25ºC dan memiliki partikel yang agak kasar supaya tidak mudah memadat sehingga tidak menghambat ruang pertumbuhan miselium. Campuran bahan media tumbuh berupa biji jagung, bekatul dan dolomit harus memenuhi syarat yang dibutuhkan jamur serta didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai.
Biji jagung yang telah siap digunakan sebagai media, dicampur dengan bekatul dan dolomit sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan. Media yang telah dicampur rata diisikan kedalam botol bekas saus (220ml) sambil dihentakkan pada lantai (dipadatkan). Hal ini bertujuan agar media dalam botol menjadi padat. Setelah botol penuh, media kembali dipadatkan dengan menggunakan pinset, Botol yang telah penuh berisi media ditutup dengan kapas dan plastik untuk menghindari masuknya uap air pada saat sterilisasi. Penyusunan botol dalam alat sterilisasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses sterilisasi. Proses sterilisasi bibit induk (F2) dan bibit produksi (F3) ini dilakukan pada suhu ±121º C dan dengan tekanan 1,5 Atm selama 3 jam. Bibit yang telah disterilkan didinginkan dalam autoklaf selama12 jam kemudian baru diinokulasi.
Kegiatan inokulasi biakan tahap F2 ditanam di media biakan dalam keadaan steril (aseptik). Inokulasi pembiakan tahap kedua (F2) dilakukan didalam LAFC. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan inokulasi antara lain pinset, alkohol 70% dan busen. Berikut ini langkah-langkahnya :
a) Mensterilkan ruang atau kontak inokulasi dengan alkohol 70%.
b) Mensterilkan pinset dengan cara mencelupkan ke dalam larutan alkohol 70% atau membakarnya ± 5 detik diatas busen sampai membara kemudian didinginkan.
c) Mengambil miselium jamur dari Media yang telah ditumbuhi miselium (F1) dengan pinset, kemudian menginokulasikan pada lubang dalam media bibit F2. ini dilakukan di dekat nyala api busen agar tetap steril dan menghindarkan dari kontaminasi.
Media biakan F2 yang sudah diinokulasi dengan miselium jamur F1 kemudian diinkubasikan dalam kotak atau lemari pada suhu 25-27oC dan dalam keadaan gelap selama 25-30 hari sampai media dipenuhi miselium jamur yang berwarna putih. Jika miselium yang tumbuh tidak berwarna putih berarti terjadi kegagalan. Apabila itu terjadi, media harus dibuang dan kegiatan inkubasi diulang.



















KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa media dari biji-bijian seperti biji jagung mengandung gula (monosakarida) yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur, Dedak berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur karena dedak mengandung vitamin B kompleks. Kapur tohor berguna dalam pengaturan pH substrat tanaman agar media tetap dalam keadaan netral atau basa. Pada proses pembuatan biakan induk harus dilakukan dengan cara aseptis agar menghindari kontaminasi.
















DAFTAR PUSTAKA

Barokah.2013.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan miselium. http://barokahjamursuper.blogspot.com [13 Oktober 2014].
Cahyana Y.A Muchrodji dan M. Bakrun. 1999. Jamur Tiram.Jakarta.Penebar Swadaya.
Djarijah Nunung M dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya jamur tiram. Yogyakarta.Kanisius.

Genders. 1986. Becocok Tanam Jamur.Bandung.Pioner Jaya.
Gunawan AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swada
Nurul S.2014. laporan budidaya pembibitan jamur tiram.http:// nurulsyafi.blogspot.com [13 Oktober 2014].
Wahyu.2013.media jamur tiram.http:// mediabaglogjamurtiram.blogspot.com [13 Oktober 2014].




Jumat, 19 April 2013

FILUM ARTHROPODA



                Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter.               
1) Ciri-ciri filum Arthropoda        
                Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat / laler, kecoa.              
                Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.        
Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan.
Kutikula berfungsi melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya otot, terutama yang berhubungan dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang susunannya sangat kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang cepat.

                Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks(dada), dan abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Pada laba-laba dan udang, kepala dan dadanya bersatu membentuk sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan antara kepala, toraks, dan abdomennya, seperti pada lipan. Pada tiap-tiap segmen tubuh ada yang dilengkapi alat gerak dan ada juga yang tidak dilengkapi alat gerak.    
Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan berkembang, seperti mata, penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Tingkat perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya.               
                Sitem peredaran darah terdiri atas jantung di bagian dorsal. Sistem peredaran darahnya merupakan sistem peredaran darah terbuka yang tidak memiliki kapiler darah. Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. Hewan arthropoda yang hidup di air ada yang bernapas dengan menggunakan insang, sistem trakea, paru-paru buku, atau pada beberapa spesies melalui permukaan tubuh. Sistem ekskresi menggunakan saluran malpighi. Sistem saraf dinamakan sistem saraf tangga tali karena terdiri atas dua ganglion dorsal yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf trepi dihubungkan oleh saraf melintang sehingga merupakan tangga tali. Sistem pencernaan dimulai dari mulut, usus, dan anus. Mulut ada yang berfungsi untuk menjilat seperti pada lalat, menusuk dan menghisap seperti pada nyamuk, serta menggigit seperti pada semut.

                Anggota filum arthropoda dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan betina. Fertilisasi arthropoda terjadi secara internal. Telur banyak mengandung kuning telur yang tertutup oleh cangkang. Hewan arthropoda ada yang mengalami metemorfosis sempurna, metemorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak bermetamorfosis.
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua). Hasil fertilisasi berupa telur.   
        
                Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.  
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.

2) Klasifikasi filum Arthropoda   
                Filum arthropoda dibagi menjadi empat kelas, yaitu Crustcea, Arachnida, Insecta, dan Myriapoda (Chilopoda dan Diplopoda).       

a. Kelas Crustcea             
                Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta= kulit) memiliki kulit yang keras. Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini. Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada yang hidup di darat.           
Hewan ini memiliki ciri khas, yaitu rangka luar dari kitin yang keras. Rangka luar ini keras karena mengandung zat kapur. Hewan yang tergolong kelas Crustcea kebanyakan hidup di laut, sperti kutu air, udang karang, dan kepiting. Selain itu ada pula yang hidup di air tawar atau di darat pada tanah yang lembab.


Gambar : Struktur morfologi hewan Crustacea  
                Tubuh hewan kelas ini terdiri atas sefalotoraks dan abdomen. Pada kepala terdapat sepasang mandibula dan dua pasang maksila.
Pada toraks udang dan kepiting terdapat lima pasang kaki yang terdiri atas satu pasang kaki ginting dan empat pasang kaki jalan. Kaki gunting berfungsi untuk menjepit mangsanya. Pada setiap abdomen terdapat kaki renang. Pada ujung abdomen terdapat kaki daun (uropod). Uropod terletak diantara sisi ekor yang mendatar (telson). 
                Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan Malacostraca. Beberapa Crustacea kecil hidup melayang-layang di laut, bersama binatang kecilainnya membentuk zooplankton. Zooplankton Crustacea memiliki antenna panjang dan bulu sikat yang dapat membantu memperluas bidang permukaan tubuhnya dan mencegah supaya zooplankton tidak dapat tenggelam.
                Selain spesies Crustacea yang hidup di air laut, terdapat juga beberapa Crustacea yang hidup di air tawar. Contoh Crustacea kecil yang hidup di air tawar adalah Daphania pulex dan cyclop. Daphania pulex memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil dan cyclop pun memiliki ukuran yang sangat kecil juga.
Entomostraca umunya sebagai zooplankton untuk memakan ikan. Spesies udang tingkat rendah, seperti cyclop yang bermata satu dan kutu ikan (Argulus indicus) merupakan parasit pada beberapa spesies ikan dan kepiting. Malacostraca merupakan        
                Crustacea tingkat tinggi dan merupakan bagian terbesar dari kelas Crustacea. Semua anggota kelompok ini bersifat makroskopis.    
                Malacostraca ada yang hidup di laut dan ada pula yang hidup di air tawar.
Malacostraca memiliki mata faset dan memiliki pembungkus sefalotoraks yang dinamakan karapaks. Pernapasan menggunakan insang yang terdapat di bawah karapaks. System pencernaan terdiri atas mulut yang dilengkapi gigi yang kuat, esophagus, lambung, usus halus, kelenjar pencernaan, dan anus. 
                System peredaran darah pada Malacostraca merupakan system peredaran darah terbuka. Jantung merupakan organ pada system peredaran darah Malacostraca. System ekskresi memiliki alat yang dinamakan kelenjar hijau (green glands) yang berfungsi membuang zat-zat yang bersifat sampah dari darah. Hewan ini memiliki system saraf tangga tali. Organ sensoris telah berkembang dengan baik, seperti mata faset, antenna, dan alat keseimbangan pada dasar antenna yang dinamakan statocyst.         
                Udang, lobster,dan kepiting merupakan hewan yang termasuk Malacostraca. Hewan-hewan tersebut merupakan sepertiga dari keseluruhhan Crustacea. Udang, lobster,dan kepiting dikelompokan di dalam ordo Decapoda, yaitu hewan yang memiliki sepuluh kaki. Jenis Malacostraca diantaranya udang karang (Panulirus sp), udang yuyu (Paratelphusa convexa), kepiting (Astracus cancer), udang belalang (Squilla sp), kutu kayu di laut (Lymnirua sp), dan lobster (Honarus americanus).     

b. Kelas Arachnida          
                Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja.
Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies. Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm. Arachnoidea merupakan hewan terestrial (darat) yang hidup secara bebas maupun parasit. Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks, abdomen, dan 4 pasang kaki. Tidak memiliki mandibula.             
                System pencernaan terdiri atas mulut, tenggorokan, lambung, usus halus, anus, dan kelenjar racun untuk mematikan mangsanya. Respirasi dilakukan dengan paru-paru buku dan trakea. System ekskresi memiliki saluran Malphigi. System sarafnya adalah system saraf tangga tali. Hewan ini memiliki mata tunggal,tubuhnya berbuku dan dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan hewan betina. Fertilisasi terjadi secara internal dan tidak mengalami metamorfosis.                
                Pada bagian sefalotoraks dapat dibedakan menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut dihubungkan oleh pedunkulus. Bagian kepala memiliki kelisera yang berfungsi menghancurkan mangsanya. Kelisera ini berhubungan dengan kelenjar racun yang terletak di daerah kepala.
Selain itu, terdapat pedipalpus yang bentuknya menyerupai kaki dengan ujung bercakar. Pedipalpus memiliki fungsi yang bermacam-macam bergantung pada spesiesnya. Pada kalajengking, pedipalpus memiliki fungsi sebagai penangkap dan pemegang mangsa. Pada laba-laba jantan, pedipalpus digunakan untuk menyalurkan sperma.

Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan Acarina.   
• Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen terakhir, contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan ketunggeng ( Buthus after).    

• Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat), contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata).

• Ordo Arcarina adalah kelompok hewan tungau. Anggota ordo ini memiliki tubuh berbentuk bulat telur tau bundar. Banyak spesies tungau merusak tumbuh-tumbuhan atau menjadi parasit pada binatang dan manusia. Contoh kelompok ini adalah tungau kudis (Sarcoptes scabei) dan tungau unggas (Argus sp).

c. Kelas Insecta
                Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga disebut hexapoda. Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.     
                Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan. Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.

Gambar : Struktur morfologi dan anatomi belalang          

Perkembangan Insecta dibedakan menjadi tiga :              
• Ametabola adalah perkembangan yang hanya berupa pertambahan ukuran saja tanpa perubahan wujud. Contohnya kutu buku (lepisma saccharina)
• Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna, dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap. Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta muda disebut nimfa. Ringkasan skemanya adalah telur–nimfa (larva) –dewasa (imago). Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (Periplaneta americana), jangkrik (gryllus sp), dan walang sangit (leptocorisa acuta).   
• Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan wujud yang sangat berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur–larva–pupa–dewasa. Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali. Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk membentuk pupa. Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa. Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa. Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk.          


Berdasarkan sayap, Insecta dibedakan menjadi dua sub-kelas : 
• Apterigota (tidak bersayap), tubuh apterigota berukuran kecil sekitar 0,5 cm dan memiliki antena panjang. Umumnya berkembang secara ametabola. Contoh hewan kelas ini adalah kutu buku.          
• Pterigota (bersayap), merupakan kelompok insecta yang sayapnya berasal dari tonjolan luar dinding tubuh yang disebut Eksopterigota. Kelompok lain yang sayapnya berasal dari tonjolan dalam dinding tubuh disebut Endopterigota.
Eksopterigota dibedakan menjadi beberapa ordo bedasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya. :             

 Orthoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang sempit. Misalnya kecoa, jangkrik, dan gansir.
Ø
Hemiptera memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang.Ø Contohnya walang sangit (leptocorisa acuta) dan kutu busuk (cymex rotundus).

Homoptera memiliki dua pasang yang sama panjang.Contohnya wereng coklat (Nilaparvata lugens), kutu daun (Aphis), dan kutu kepala (Pediculus humanus)

Odonata memiliki dua pasang sayap seperti jala. Contohnya capung (pantala).Ø

Endopterigota dibedakan menjadi :        
Coleptera memiliki dua
Ø pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal. Misalnya kumbang tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu gabah (Rhyzoperta diminica).

Hymenoptera memiliki dua pasang sayap yang seperti selaput, denganØ sayap depan lebih besar daripada sayap belakang. Misalnya semut rangrang (Oecophylla saragillina), semut hitam (Monomorium sp.), lebah madu (Apis indica), dan tawon (Xylocopa latipes).

Diptera hanya memiliki sepasang sayap. Misalnya nyamuk (Culex sp.), nyamuk malaria (Anopheles sp), nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti), lalat rumah (Musca domestica), lalat buah (Drosophila melanogaster), dan lalat tse-tse (Glossina palpalis).

Lepidoptera memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus dan tipe mulut mengisap. Misalnya kupu-kupu sutera (Bombyx mori) dan kupu-kupu elang (Acherontia atropos)

d. Kelas Myriapoda (Chilopoda dan Diplopoda) 
                Dalam system klasifikasi dapat berbeda antara satu system dan yang lainnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara ilmuan di dunia pada system klasifikasi tertentu Diplopoda dan Chilopoda merupakan tingkat kelas, sedangkan pada system lain Diplopoda dan Chilopoda dikelompokkan dalam kelas Myriapoda.     

• Ciri-ciri ordo Diplopoda             
                Tubuh Diplopoda berbentuk bulat memanjang, memiliki banyak segmen. Tubuhnya ditutupi lapisan yang mengandung garam kalsium dan warna tubuhnya mengkilap. Kepala memiliki dua mata tunggal, sepasang antenna pendek, dan sepasang mandibula. Toraksnya pendek terdiri ats 4 segmen. Setiap segmen memiliki sepasang kaki, kecuali segmen pertama. Hewan kelompok ini memiliki abdomen panjang, tersusun atas 25 hingga lebih dari 100 segmen, bergantung pada spesiesnya. Setiap segmen memiliki 2 pasang spirakel, ostia (lubang), ganglion saraf, dan 2 pasang kaki yang terdiri atas tujuh ruas.         
                Hewan yang tergolong Diplopoda tidak memiliki system pencernaan yang lengkap. System pencernaanya disusun oleh sustu saluran lurus dengan 2 atau 3 pasang kelenjar ludah. Di daerah ujungnya terdapat 2 saluran Malphigi panjang untuk ekskresi. System peredaran darah pada Diplopoda merupakan system peredaran darah terbuka.
Alat reproduksinya dinamakan gonopod, berada pada segmen yang ke-7. fertilisasi pada Diplopoda terjadi secara internal. Hewan betina ordo ini membuat sarang untuk menyimpan telur.
                Hewan ordo Diplopoda hidup di tempat gelap yang lembab, misalnya di bawah batu atau kayu yang terlindungi dari matahari. Memiliki antenna yang digunakan untuk menunjukkan arah gerak. Kakinya bergerak seperti gelombang sehingga pergerakkannya sangat lambat. Makanan ordo Diplopoda adalah sisa tumbuhan atau hewan yang telah mengalami pembusukkan. 
                Jika ada bahaya, tubuhnya menggulung seperti benda mati sebagai upaya untuk mempertahankan diri. Ordo ini memiliki kelenjar yang dapat menyemprotkan cairan yang mengandung sianida dan iodium untuk mengusir musuhnya. Contoh ordo ini adalah kaki seribu (Spirobolus sp).

Gambar : Kaki seribu     
Kaki seribu memiliki kaki yang banyak. Hewan ini mempunyai antenna dan sepasang mata. Tubuhg kaki seribu terbagi atas segmen-segmen mirip cincin.    

• Ciri-ciri ordo Chilopoda              
                Ordo Chilopoda biasa hidup di tempat yang lembab, di bawah timbunan sampah atau daun-daun yang membusuk. Chilopoda berkembang biak secara kawin dan pembuahannya internal.
Gambar : kelabang         
                Tubuh chilopoda berbentuk pipih memanjang dan berbuku-buku. Pada kepala terdapat antenna yang beruas-ruas. Alat respirasinya adalah trakea yang bercabang-cabang ke seluruh bagiab tubuhnya. Contoh hewan ini adalah lipan. Lipan dapat menaklukkan mangsanya dengan racun yang berasal dari sepasang kaki pertamanya yang disebut cakar racun.
Pada setiap segmen terdapat sepasang kaki.